Rabu, 10 Februari 2016

Sisi Lain

Seseorang selalu menilai yang tampak dan terungkapkan. Hati manusia mudah terbeli dengan kebaikan. Mudah menyimpulkan sempurna pada kekagumannya. Padahal kesempurnaan itu tak pernah mungkin ada. Mereka luput untuk curiga bahwa yang ditampakkan mungkin hanya sebuah pemakaman penuh dekorasi yang di dalamnya seonggok jasad yang telah koyak. Sehelai ruh yang gemetar didakwa malikat . Mereka alpa bahwa yang diungkapkan barangkali memang itulah satu-satunya yang membuatnya memiliki, atau setidaknya merasa memiliki nilai. Mungkin memang tak menarik, menyibak tirai yang ternyata adalah sebuah kegelapan di baliknya. Sebab tak banyak yang bisa kita lakukan di dalam kegelapan. Tak ada warna yang bisa membahagiakan mata. Tak akan tertangkap oleh penglihatan betapa pun ada banyak kepuasan di dalamnya. Tak pula bisa leluasa langkah kaki melaju. Juga hati yang tetap ketakutan meski dijaga seribu peri. Maka mungkin begitulah yang disebut sempurna.Begitu benderang, bersih, putih. Hingga setitik saja warna tertumpah di atasnya akan tertawan juga. Semakin tampak bersih dari noda, semakin menghujam rasa kecewa ketika tertitis titik di atasnya. Padahal tinggal dibersihkan saja noda yang setitik itu. Dengan penuh harap tak ternoda lagi, meski juga ada cemas bahwa akan terulang kembali. Tapi bahkan kita tak pernah kehabisan air bersih untuk membersihkan segala yang kotor. Oh, tak perlu gusar. Ini Cuma racauan yang mengacaukan. Maafkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar